Jumat, 16 September 2011

SABAR, SEMANGAT, DAN TEKUN



            Disuatu sore, tampak seorang pemuda tengah berada disebuah taman umum. Dari raut wajahnya tampak kesedihan, kekecewaan, dan frustasi yang menggantung. Dia sebentar-sebentar berjalan dengan langkah gontai dan kepala tertunduk lesu. Sebentar-sebentar tertunduk dan menghela napas panjang. Hal itu dilakukannya berkali-kali hingga dia tidak tahu apa yang akan dilakukannya.
            Tersentak pandangannya tiba-tiba tertuju pada seekor laba-laba yang sedang membuat sarangnya di antara ranting pohon tempat dia duduk dan melamun. Dengan perasaan iseng dan kesal, diambilnya sebatang ranting dan segera sarang laba-laba itupun menjadi korban kekesalan dan keisengannya. Sehingga sarang itu menjadi rusak. Namun, dia tetap memperhatikan ulah si laba-laba. Dalam hati dia ingin tahu apa yang akan dilakukan oleh si laba-laba.
            Pertanyaan itu membutuhkan waktu yang sangat lama. Kemudian si laba-laba itu kembali ke tempat membuat sarangnya tadi dan mulai membuat kembali sarangnya. Setiap helai dipintalnya dari awal hingga laba-laba itu hampir menyelesaikan seluruh pembuatan sarang barunya. Setelah menyaksikan kesibukan si laba-laba yang dengan semangat penuh hampir menyelesaikan sarangnya, kembali si pemuda itu menghancurkan sarang tersebut untuk yang kedua kalinya. Dengan perasaan puas dan ingin tahu, kembali si pemuda memperhatikan tingkah si laba-laba selanjutnya setelah sarangnya dirusak untuk yang kedua kalinya.
            Ternyata untuk yang ketiga kalinya si laba-laba kembali untuk membuat sarangnya dari awal. Dengan penuh semangat merayap, merajut, dan melompat serta memintal membuat sarang yang baru sedikit demi sedikit.
            Melihat dan mengamati ulah si laba-laba, membangun sarang yang telah hancur untuk ketiga kalinya, saat itulah si pemuda tersontak tersadarkan diri. Tak peduli berapa kali sarang laba-laba dirusak dan dihancurkan, karena sebanyak itu pula laba-laba akan membangun sarangnya kembali.
            Kita mungkin pernah gagal dan langsung patah semangat. Laba-laba ini tidak hanya gagal tapi sarangnya dirusak dan dihancurkan sarangnya berkali-kali. Namun tetap bangkit dan bangkit lagi.
            Banyak diantara kita tidak sanggup hidupnya dirusak oleh orang lain, apalagi lebih dari satu kali. Betapa banyak orang yang tidak mampu memaafkan orang yang bersalah kepadanya lebih dari satu kali. Tetapi marilah kita belajar dan menginspirasi diri kita dari si laba-laba yang tidak trauma, tidak menyerah, tidak putus asa, namun justru sebaliknya meskipun sarangnya dirusak berkali-kali. Di tempat yang sama ia kembali bangkit dan membangun kembali sarang kehidupannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar